MAKALAH
TERAPI INSULIN BAGI PENDERITA
DIABETES MILETUS
Disusun
oleh:
Nama : Nurfitriah
NIM : 14121620644
Kelas : Biologi C/7
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes telah diakui sebagai
kondisi medis yang berbeda. Pada awal 1920-an, peneliti menduga kuat bahwa
diabetes disebabkan oleh kerusakan dalam sistem pencernaan yang berhubungan
dengan kelenjar pankreas, organ kecil yang duduk di atas hati. Pada saat itu,
satu-satunya cara untuk pengobatan diabetes
adalah melalui diet rendah karbohidrat dan gula, dan tinggi lemak dan
protein. Alih-alih mati tak lama setelah diagnosis, diet ini memungkinkan
penderita diabetes untuk hidup, tapi hanya selama sekitar satu tahun. Entah apa
yang salah, atau yang hilang dalam metabolisme jalur gula penderita diabetes
tidak diketahui pada saat itu. Namun peneliti
Kanada tahun 1921 membuktikan bahwa diabetes merupakan penyakit kekurangan
insulin.
Hormon insulin
yang diproduksi oleh tubuh kita dikenal juga sebagai Insulin Endogen, namun
ketika kelenjar pancreas mengalami gangguan sekresi guna memproduksi hormon
insulin, disaat inilah tubuh membutuhkan hormon insulin dari luar tubuh yang
berupa obat buatan manusia atau dikenal juga sebagai sebutan Insulin
Eksogen. Secara umum insulin adalah
suatu hormon yang diproduksi oleh Kelenjar Pankreas. Insulin
adalah hormon yang mengubah glukosa menjadi glikogen, dan berfungsi mengatur
kadar gula darah bersama hormon glukagon. Kekurangan insulin karena cacat
genetik pada pankreas, menyebabkan seseorang menderita diabetes melitus
(kencing manis) yang berdampak sangat luas terhadap kesehatan, mulai kebutaan
hingga impotensi.
Sebelum ditemukan
tenik sintesis insulin, penderita diabetes mengandalkan hormon insulin
dari insulin pankreas babi atau sapi dan sangat sedikit insulin bisa
diperoleh. Insulin dari pankreas hewan
secara umum memang memuaskan tetapi untuk penggunaan pada manusia dapat
menimbulkan masalah. Salah satunya yaitu berupa alergi pada beberapa penderita.
Pada tahun 1981
telah terjadi perbaikan secara berarti cara produksi insulin melalui rekayasa
genetika. Insulin yang diperoleh dengan cara ini mempunyai struktur mirip
dengan insulin manusia. Melalui teknologi DNA rekombinan, insulin diproduksi
menggunakan sel mikroba yang tidak pathogen. Karena kedua hal tersebut diatas
insulin hasil rekayasa genetika ini mempunyai efek samping yang relative sangat
rendah dibandingkan insulin yang diperoleh dari ekstrak pankreas hewan, tidak
menimbulkan efek alergi serta tidak mengandung kontaminan berbahaya.
Sintesis insulin ini memanfaatkan
teknik DNA rekombinan atau dengan istilah yang lebih
populer rekayasa genetika, yang
dapat melibatkan beberapa tahapa untuk pembentukan kombinasi materi genetik
yang baru sehingga mengalami perbanyakan di dalam suatu sel organisme lain yang
berperan sebagai sel inang.
Pengobatan untuk penderita diabetes
miletus tidak hanya dilakukan dengan pemberian sintesis hormon insulin saja,
melainkan harus memperhatikan takaran makan yang tepat, penting untuk menjaga
kestabilan glukosa darah penderita diabetes mellitus, salah satu caranya yaitu
dengan menerapkan metode Carbohydrate
counting yang dapat membatu dalam pengobatan bagi penderita diabetes
miletus agar memperoleh jumlah asupan makan optimal sesuai kebutuhan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah
hormon insulin ?
2. Bagaimana
pembuatan insulin dengan DNA rekombinan ?
3. Bagaimana
terapi insulin pada penderita diabetes meletus ?
4. Apakah
metode carbing ?
C. Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui hormon
insulin.
2. Mengetahui
proses pembuatan insulin dengan DNA rekombinan.
3. Mengetahui
terapi insulin pada penderita diabetes meletus.
4. Mengetahui
metode carbing.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Hormon Insulin
1. Hormon
Insulin
Insulin
dalam Pankreas
Sumber : Piste dan
Chavan.2013.Effect of Insulin –Disease
and Syndrome.international journal of research in pharamaceutical and
biomedical sciences.Issn:2229-3701.Hal:196.
Sedikit mengenai
sejarah penemuan hormon insulin menurut Aguskrisno (2012) bahwa insulin pertama
kali di ekstraksi dari jaringan pankreas anjing pada tahun 1921 oleh para ahli
fisiologi asal kanada Federick Glant Banting dan Charles Hebert Best serta ahli
fisiologi asal Inggris John James Richard Macleod. Seorang ahli boikimia James
Betram Collip kemudian memproduksi dengan tingkat kemurnian yang cukup baik
untuk digunakan sebagai obat pada manusia. Kemudian dilanjutkan pada tahun 1965
insulin manusia telah berhasil disintesis secara kimia. Insulin merupakan
protein manusia pertama yang disintesis secara kimia. Secara tradisional,
insulin untuk pengobatan pada manusia diisolasi dari pankreas sapi atau babi.
Secara umum insulin
hewan cukup memuaskan tetapi menurut Aguskrisno (2012) bahwa untuk penggunaan
pada manusia dapat menimbulkan dua
masalah. Pertama, adanya perbedaan kecil dalam asam amino penyusunnya yang
dapat menimbulkan efek samping berupa alergi pada beberapa penderita. Kedua,
prosedur pemurnian sulit dan cemaran berbahaya asal hewan tidak selalu dapat
dihilangkan secara sempurna. Pada tahun 1981 telah terjadi perbaikan secara
berarti cara produksi insulin melalui rekayasa genetika. Insulin yang diperoleh
dengan cara ini mempunyai struktur mirip dengan insulin manusia.
Melalui
teknologi DNA rekombinan, insulin diproduksi menggunakan sel mikroba yang tidak
patogen. Karena kedua hal tersebut di atas, insulin hasil rekayasa genetika ini
mempunyai efek samping yang relatif sangat rendah dibandingkan dengan insulin
yang diperoleh dari ekstrak pankreas hewan, tidak menimbulkan efek alergi serta
tidak mengandung kontaminan berbahaya.
2. Struktur
Insulin
Struktur
Insulin
Sumber : Piste dan
Chavan.2013.Effect of Insulin –Disease
and Syndrome.international journal of research in pharamaceutical and
biomedical sciences.Issn:2229-3701.Hal:197.
Struktur
primer insulin sapi
pertama kali ditentukan oleh Frederick Sanger
di 19514. Setelah
itu, polipeptida ini disintesis secara independen oleh beberapa insulin groups5-7.
Human adalah hormon peptida
yang terdiri dari 51 asam amino dan memiliki berat molekul 5808 Da. Ini adalah
dimer dari A-rantai dan B-rantai, yang dihubungkan
oleh ikatan disulfida. Nama berasal dari Latininsula
untuk "pulau". Struktur Insulin bervariasi
antara spesies hewan.
Insulin babi sangat dekat dengan versi manusia. Sebuah unit monomer disorot
dengan rantai A
biru dan rantai
B di cyan.
Kuning menunjukkan ikatan disulfida, dan lingkungan magenta adalah ion
seng
Secara kimia,
insulin adalah protein kecil sederhana yang terdiri dari 51 asam amino, 30 di
antaranya merupakan satu rantai polipeptida, dan 21 lainnya yang membentuk
rantai kedua. Kedua rantai dihubungkan oleh ikatan disulfida. Kode genetik untuk insulin ditemukan dalam
DNA di bagian atas lengan pendek dari kromosom kesebelas yang berisi 153 basa
nitrogen (63 dalam rantai A dan 90 dalam rantai B).
Insulin manusia
dan insulin babi hanya beda 1 asam amino yaitu pada B30, sedangkan insulin
manusia dan insulin sapi beda 3 asam amino yaitu pada A8, A10, dan B30 sehingga
pemakaian insulin babi kurang imunogenik dibandingkan insulin sapi. Tapi
masalahnya, 1 babi yang diekstraksi insulinnya hanya cukup untuk 1 orang selama
3 hari padahal saat ini ada ± 60 juta orang di dunia yang menderita diabetes
tergantung insulin dan diduga meningkat 5-6 % per tahunnya. Maka dari itu
sekarang banyak dikembangkan teknologi rekombinan untuk mendapatkan insulin.
Tabel 1 Perbedaan Insulin Manusia, Babi Dan Sapi
Spesies
|
A8
|
A10
|
B28
|
B29
|
B30
|
Manusia
|
Thr
|
Ile
|
Pro
|
Lys
|
Thr
|
Babi
|
Thr
|
Ile
|
Pro
|
Lys
|
Ala
|
Sapi
|
Ala
|
Val
|
Pro
|
Lys
|
Ala
|
Sumber.http://rekgen.blogspot.com/2012/28/11/
B. Sintesis Insulin
Sebelum
menjelaskan bagaimana sintesis insulin dengan DNA rekombinan, alangkah baiknya
jika mengetahui terlebih dahulu mengenai sisntesis insulin didalam tubuh
manusia.
1. Sintesis
Dalam tubuh Manusia
Adapaun sintesis
insulin dalam tubuh manusia menurut Piste dan chavan (2013:197) dalam “Effect of Insulin –Disease and Syndrome”, bahwa pada awalnya
insulin disintesis sebagai preproinsulin
di pankreas b-
sel. Sekitar 5-10 menit. setelah perakitan di retikulum
endoplasma, preproinsulin diolah
menjadi proinsulin sebelum
nya transportasi ke
jaringan trans-Golgi (TGN) di mana butiran
dewasa terbentuk. Transportasi ke TGN
mungkin memakan waktu sekitar 30 menit.
Proinsulin, yang terdiri dari A dan rantai B dihubungkan oleh ikatan
disulfida dan oleh sebuah
jembatan C-peptida, mengalami pematangan menjadi
insulin aktif melalui
aksi endopeptidases. Endopeptidases
membelah off C
peptida dari insulin
dengan memecah ikatan antara lisin dan arginin 64
65, dan antara
arginin 31 dan
32 insulin dewasa
dikemas dalam butiran
matang menunggu sinyal metabolik. produksi insulin diatur dalam beberapa langkah di sepanjang jalur sintesis yaitu
melalui transkripsi dari gen insulin, dalam stabilitas
mRNA, pada terjemahan
mRNA dan dalam modifikasi posttranslational.
Insulin
diproduksi dan disimpan dalam tubuh sebagai heksamer
(unit enam molekul
insulin), sedangkan bentuk aktif adalah monomer.
Heksamer adalah bentuk
tidak aktif dengan stabilitas
jangka panjang, yang berfungsi sebagai cara untuk menjaga insulin sangat reaktif dilindungi, namun tersedia.
2.
Sintesis Insulin Melalui DNA Rekombinan.
Teknologi yang
dikenal sebagai teknologi DNA
rekombinan, atau dengan istilah yang lebih populer rekayasa genetika, ini melibatkan
upaya perbanyakan gen tertentu di dalam suatu sel yang bukan sel alaminya
sehingga sering pula dikatakan sebagai kloning
gen. Banyak definisi telah diberikan untuk mendeskripsikan pengertian
teknologi DNA rekombinan. Menurut Pawitryadi
(2011) menyebutkan bahwa teknologi DNA rekombinan adalah pembentukan kombinasi
materi genetik yang baru dengan cara penyisipan molekul DNA ke dalam suatu
vektor sehingga memungkinkannya untuk terintegrasi dan mengalami perbanyakan di
dalam suatu sel organisme lain yang berperan sebagai sel inang.
Menurut Pawitryadi (2011), Proses pembuatan
insulin dengan teknik DNA recombinan dilakukan dengan beberapa tahap atau
proses. Tahap pertama yaitu mengidentifikasi dan mengisolasi gen penghasil
insulin dari sel pankreas manusia, dengan proses mula-mula mRNA yang telah
disalin dari gen penghasil insulin diekstrak dari sel pankreas. Kemudian enzim
transkriptase ditambahkan pada mRNA bersamaan dengan nukleotida penyusun DNA.
Enzim ini menggunakan mRNA sebagai cetekan untuk membentuk DNA berantai
tunggal. DNA ini kemudian dilepaskan dari mRNA. Enzim DNA polymirase digunakan
untuk melengkapi DNA rantai tunggal menjadi ranati ganda, disebut DNA
komplementer (c- DNA), yang merupakan gen penghasil insulin. Tahap kedua yaitu,
melepaskan salinan gen penghasil insulin tersebut dengan cara memotong kromosom
secara khusus menggunakan enzim retrikasii.
Tahap ketiga,
yaitu dengan mengekstrak plasmid dari sel bakteri, kemudian membuka plasmid
dari sel bakteri dengan menngunakan enzim retrikasi lain. Sementara itu, di
dalam serangkain tabung reaksi atau cawan petri, gen penghasil insulin manusia (dalam
bentuk c- DNA disiapkan untuk dipasangkan pada plasmid yang terbuka tersebut.
Kemudian tahap keempat, yaitu dengan memasang gen penghasil insulin kedalam
cincin plasmid. Mula-mula ikatan yang terjadi masih lemah, kemudian enzim DNA
ligase memperkuat ikatan ini sehingga dihasilkan molekul DNA recombinan/plasmid
recombinan yang bagus.
Tahap terakhir
yaitu dengan memasukkan plasmid recombinan kedalam bakteri E.coli. Di dalam sel
bakteri ini plasmid mengadakan replikasi. Dan selanjutnya mengultur bakteri
E.coli yang akan berkembang biak dengan cepat menghasilkkan klon- klon bakteri
yang mengandung plasmid recombinan penghasil insulin. Melalui rekayasa genetika
dapat dihasilkan E.coli yang merupakan penghasil insulin dalam jumlah banyak
dan dalam waktu yang singkat. Adapun Gambaran sintesis Insulin kurang lebih
seperti gambar dibawah ini.
Proses sintesis Insulin
Escherrichia coli (E. coli), penghuni saluran
pencernaan manusia, adalah ‘pabrik’ yang digunakan dalam rekayasa genetika
insulin. Ketika bakteri bereproduksi, gen insulin direplikasi bersama dengan
plasmid. E. coli seketika memproduksi enzim yang dengan cepat mendegradasi
protein asing seperti insulin. Hal tersebut dapat dicegah dengan cara
menggunakan E. coli strain mutan yang sedikit mengandung enzim ini. Pada E.
coli, B- galaktosidase adalah enzim yang mengontrol transkripsi gen. Untuk membuat
bakteri memproduksi insulin, gen insulin perlu terikat pada enzim ini.
Enzim restriksi secara alami diproduksi oleh
bakteri. Enzim restriksi bertindak seperti pisau bedah biologi, hanya mengenali
rangkaian nukleotida tertentu, misal salah satunya rangkaian kode untuk
insulin. Hal tersebut memungkinkan peneliti untuk memutuskan pasangan basa
nitrogen tertentu dan menghapus bagian DNA yang berisi kode genetik dari
kromosom sebuah organisme sehingga dapat memproduksi insulin. Sedangkan DNA
ligase adalah suatu enzim yang berfungsi sebagai perekat genetik dan pengelas
ujung nukleotida.
C. Diabetes Miletus
Penyakit
diabetes mellitus (DM) yang dikenal masyarakat sebagai penyakit gula atau
kencing manis, terjadi pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula
(glukosa) dalam darah akibat kekurangan insulin atau reseptor insulin tidak
berfungsi baik. Diabetes yang timbul akibat kekurangan insulin disebut DM tipe
1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Sedang diabetes karena
insulin tidak berfungsi dengan baik disebut DM tipe 2 atau Non-Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Insulin adalah hormon yang diproduksi sel
beta di pankreas, sebuah kelenjar yang terletak di belakang lambung, yang
berfungsi mengatur metabolisme glukosa menjadi energi serta mengubah kelebihan
glukosa menjadi glikogen yang disimpan di dalam hati dan otot. Tidak keluarnya
insulin dari kelenjar pankreas penderita DM tipe 1 bisa disebabkan oleh reaksi
autoimun berupa serangan antibodi terhadap sel beta pankreas.
Penderita
DM tipe 2, insulin yang ada tidak bekerja dengan baik karena reseptor insulin
pada sel berkurang atau berubah struktur sehingga hanya sedikit glukosa yang
berhasil masuk sel. Akibatnya, sel mengalami kekurangan glukosa, di sisi lain
glukosa menumpuk dalam darah. Kondisi ini dalam jangka panjang akan merusak
pembuluh darah dan menimbulkan berbagai komplikasi.
Beberapa
gejala yang dialami penderita diabetes yaitu banyak minum, banyak kencing, berat
badan turun. Pada awalnya, kadang-kadang berat badan penderita diabetes naik.
Penyebabnya, kadar gula tinggi dalam tubuh. Maka perlu waspada apabila
keinginan minum kita terlalu berlebihan dan juga merasa ingin makan terus.
Berat badan yang pada awalnya terus melejit naik lalu tiba-tiba turun terus
tanpa diet.
D. Terapi Insulin
1. Tujuan
Tujuan utama
terapi DM adalah mempertahankan kadar glukosa darah normal atau mendekati
normal. Terapi insulin merupakan salah satu cara utama terapi DM. Pada DM tipe
1 (faktor genetik), insulin merupakan satu-satunya obat hipoglikemi yang
efektif. Sementara pada diabetes tipe 2 (faktor gaya hidup), selain insulin
juga dapat menggunakan obat hipoglikemi oral. Sasaran terapi kendali glukosa
darah pada penderita DM untuk semua tipe adalah sama, namun dibedakan dengan
tingkat usia, jenis kelamin dan modifikasi gaya hidup, perubahan berat badan.
Pemberian
injeksi insulin secara teratur dalam meningkatkan kadar insulin dalam darah
penderita dapat meminimumkan komplikasi. Pengobatan ini hanya mungkin
dilaksanakan bila insulin tersedia dalam jumlah besar dengan kemurnian dan mutu
yang baik. Pemberian insulin kepada penderita diabetes hanya bisa dilakukan
dengan cara suntikan, jika diberikan melalui oral insulin akan rusak didalam
lambung. Setelah disuntikan, insulin akan diserap kedalam aliran darah dan
dibawa keseluruh tubuh. Disini insulin akan bekerja menormalkan kadar gula drah
(blood glucose) dan merubah glucose manjadi energi.
Perlu
diperhatikan daerah mana saja yang dapat dijadikan tempat menyuntikan insulin.
Bila kadar glukosa darah tinggi, sebaiknya disuntikan di daerah perut dimana
penyerapan akan lebih cepat. Namun bila kondisi kadar glukosa pada darah
rendah,hindarilah penyuntikan pada perut. Secara urutan, area proses penyerapan
paling cepat adalah perut, lengan atas dan paha. Insulin akan lebih cepat
diserap apabila daerah suntikan digerak- gerakan.
2. Pemberian
Insulin
Adapun menurut Piste
dan Chavan (2013:199) dalam jurnal “Effect
of Insulin –Disease and Syndrome” berdasarkan kandungan tingkat glukosa
darah dalam tubuh penderita diabetes miletus dapat menjadi dasar pemberia
insulin, meliputi :
a. Hipoglekimia
Tingkat
glukosa darah yang rendah dikenal
sebagai hipoglikemia atau, dalam
kasus memproduksi ketidaksadaran,
"koma hipoglikemik. Penyebab endogen kelebihan
insulin (seperti insulinoma)
yang sangat langka, dan mayoritas kelebihan
insulin-induced kasus hipoglikemia
adalah iatrogenik dan biasanya tidak disengaja . beberapa kasus
pembunuhan, percobaan pembunuhan, atau bunuh diri menggunakan overdosis insulin telah
dilaporkan, tetapi sebagian besar guncangan insulin tampaknya
karena kesalahan dalam dosis insulin (misalnya, 20
unit bukannya 2) atau
faktor tak terduga lainnya.
Kemungkinan penyebab hipoglikemia
termasuk : a) insulin eksternal (biasanya disuntikkan
subkutan). b) obat hipoglikemik oral (misalnya, salah
satu sulfonilurea, atau obat-obatan serupa, yang meningkatkan pelepasan insulin dari sel
β dalam menanggapi tingkat glukosa darah tertentu).
b.
Hiperglekimia
adalah
masalah kesehatan yang serius bagi
penderita diabetes. Hiperglikemia juga dapat menyebabkan ketoasidosis atau sindrom hiperosmolar
hiperglikemik nonketotic (HHNS). Ada berbagai
penyebab hiperglikemia pada penderita diabetes. Gejala termasuk
rasa haus meningkat, sakit kepala,
penglihatan kabur, sering buang air
kecil dan banyak lagi. Pengobatan
dapat dicapai melalui perubahan gaya
hidup atau perubahan obat.
Hati-hati memantau kadar glukosa darah adalah kunci untuk pencegahan.
3. Jenis
Insulin
Ada banyak jenis insulin yang digunakan untuk mengobati diabetes.
Mereka diklasifikasikan oleh seberapa cepat mereka mulai bekerja, ketika mereka mencapai mereka "puncak" tingkat tindakan (artinya ketika konsentrasi insulin dalam darah Anda
tinggi), dan berapa lama efek terakhir mereka. Jenis-jenis
insulin meliputi: a) insulin cepat-acting
mulai bekerja dalam beberapa menit
dan berlangsung selama beberapa jam. b) insulin regular atau short-acting memakan
waktu sekitar 30 menit untuk
bekerja dan berlangsung selama
3 sampai 6 jam. c)
insulin Menengah-akting membutuhkan waktu 2 sampai 4 jam untuk bekerja, dan efeknya dapat
bertahan hingga 18
jam. d) long-acting insulin membutuhkan 6 sampai 10 jam untuk mencapai aliran darah, tetapi dapat tetap bekerja selama satu hari.
4. Carbohydrate
Counting
Penderita DM
dengan terapi insulin sebaiknya mampu menghitung jumlah asupan karbohidrat yang
sesuai dengan dosis insulin yang diberikan, atau lebih dikenal dengan Carbohydrate
Counting. Menurut Prof. Dr. dr. Sidartawan Soegondo, SpPD-KEMD, FACE, FINASIM,
Guru Besar Endokrinologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sekaligus
Direktur Institut Diabetes Indonesia (INDINA) dalam kutipan Wijaya (2009),
bahwa Hitung karbohidrat atau carbohydrate
counting merupakan cara untuk merencanakan diet pasien
diabetes melitus (DM) dengan menjaga kadar gula darah sesuai target. Maka keseimbangan antara karbohidrat yang
dimakan dan kadar insulin menentukan seberapa besar peningkatan glukosa darah
setelah makan. Dengan demikian, dengan mempertahankan keseimbangan
tersebut, kadar gula darah akan tetap terjaga pada rentang target yang
diinginkan.
Untuk setiap
10gr karbohidrat yang dikonsumsi dibutuhkan 1,0-1,5 ml insulin atau untuk
setiap 7-20 (rerata 15gr) karbohidrat yang dikonsumsi dibutuhkan 1 ml insulin.
Usia dan berat badan dapat mempengaruhi kebutuhan insulin untuk karbohidrat
yang dikonsumsi.
Adapun menurut
Oktriza Melfazen, Harry Soekotjo dan Ali Mustofa (hal 30) aplikasi Carbohydrate
Counting untuk acuan kebutuhan gizi penderita DM meliputi perhitungan energi
basal, untuk laki-laki : 66,5+(13,75 x BBI) + (5 x TB) – (6,78 x umur) dan perempuan : 655 + (9,56 x BBI)+ (1,85x TB) – (4,68 x
umur). Kemudian faktor aktifitas meliputi bed rest (10%), sangat ringan (20%),
ringan (30%), sedang (40%) dan berat (50%). Selanjutnya Energi total merupakan
penjumlahan energi basal dengan faktor aktifitas. Komposisi nutrisi makro meliputi
karbohidrat (45 – 65%), lemak (± 25%),
dan protein (± 25%), serta 1 unit insulin sama dengan 1 serving karbohidrat
sama dengan 15 gram carbohydrate.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan mengenai terapi insulin untuk penderita diabetes miletus dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Insulin
adalah hormon utama yang mengendalikan glukosa dari darah ke dalam sebagian
besar sel terutama sel otot dan lemak. Insulin dapat membantu pembakaran dan
penyerapan glukosa oleh sel badan.
2. Escherrichia
coli (E. coli), yang berada disaluran pencernaan manusia, digunakan dalam
rekayasa genetika insulin. Ketika bakteri bereproduksi, gen insulin direplikasi
bersama dengan plasmid. E.coli
3. Terapi
insulin pada penderita DM untuk mempertahankan kadar glukosa darah normal atau
mendekati normal, khususnya pada DM tipe 1 (faktor genetik), merupakan
satu-satunya obat hipoglikemi yang efektif. Sasaran terapi kendali glukosa
darah pada penderita DM untuk semua tipe adalah sama, namun dibedakan dengan
tingkat usia, jenis kelamin dan modifikasi gaya hidup, perubahan berat badan.
4. Carbohydrate Counting merupakan
cara untuk merencanakan diet pasien diabetes melitus (DM) dengan menjaga kadar
gula darah sesuai target. Maka
keseimbangan antara karbohidrat yang dimakan dan kadar insulin menentukan seberapa
besar peningkatan glukosa darah setelah makan.
DAFTAR
PUSTAKA
Melfazen,
Oktriza, Harry Soekotjo dan Ali Mustofa.2012.Carbohydrate
Counting untuk Penderita Diabetes Mellitus dengan Terapi Insulin Menggunakan Algoritma Koloni Lebah Buatan.Jurnal
EECCIS vol.6, No.1.Hal : 30. Diakses
tanggal 2 November 2014. Pukul 19.21 WIB
Pawitryadi.2011.
Hormon insulin dengan DNA Rekombinan.
http: //pawitriyadi87. blogspot.
com/2011/11/hormon insulin-DNA rekombinan.html.
Diakses tanggal 4 November 2014. Pukul 19.06 WIB
Piste
dan Chavan.2013.Effect of Insulin
–Disease and Syndrome. international journal of research in pharamaceutical
and biomedical sciences. ISSN:2229-3701.Hal : 196-199. Diakses tanggal 2
November 2014. Pukul 20.12 WIB
Wijaya,Yoga.2009.
Carbohydrate Counthing. http://yoga.blogspot.com/2009/
carbohydratecounthing.html. Diakses tanggal 2 november 2014. Pukul 18.50 WIB
.
Aguskrisno.2012. Rekayasa
Genetika.http://rekgen.blogspot.com/2012/11/28/
rekayasa_genetika.html. Diakses 26 November 2014.
Pukul 19.23. WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar