Jumat, 06 November 2015

PENDIDIKAN BIOLOGI (UTS komnet)

MAKALAH
TERAPI  INSULIN BAGI PENDERITA
 DIABETES MILETUS



 






Disusun oleh:
Nama  : Nurfitriah
NIM    : 14121620644
Kelas   : Biologi C/7




KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Diabetes telah diakui sebagai kondisi medis yang berbeda. Pada awal 1920-an, peneliti menduga kuat bahwa diabetes disebabkan oleh kerusakan dalam sistem pencernaan yang berhubungan dengan kelenjar pankreas, organ kecil yang duduk di atas hati. Pada saat itu, satu-satunya cara untuk pengobatan diabetes  adalah melalui diet rendah karbohidrat dan gula, dan tinggi lemak dan protein. Alih-alih mati tak lama setelah diagnosis, diet ini memungkinkan penderita diabetes untuk hidup, tapi hanya selama sekitar satu tahun. Entah apa yang salah, atau yang hilang dalam metabolisme jalur gula penderita diabetes tidak diketahui pada saat itu. Namun  peneliti Kanada tahun 1921 membuktikan bahwa diabetes merupakan penyakit kekurangan insulin.
Hormon insulin yang diproduksi oleh tubuh kita dikenal juga sebagai Insulin Endogen, namun ketika kelenjar pancreas mengalami gangguan sekresi guna memproduksi hormon insulin, disaat inilah tubuh membutuhkan hormon insulin dari luar tubuh yang berupa obat buatan manusia atau dikenal juga sebagai sebutan Insulin Eksogen.  Secara umum insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh Kelenjar Pankreas. Insulin adalah hormon yang mengubah glukosa menjadi glikogen, dan berfungsi mengatur kadar gula darah bersama hormon glukagon. Kekurangan insulin karena cacat genetik pada pankreas, menyebabkan seseorang menderita diabetes melitus (kencing manis) yang berdampak sangat luas terhadap kesehatan, mulai kebutaan hingga impotensi.
Sebelum ditemukan tenik sintesis insulin, penderita diabetes mengandalkan hormon insulin dari insulin pankreas babi atau sapi dan sangat sedikit insulin bisa diperoleh.  Insulin dari pankreas hewan secara umum memang memuaskan tetapi untuk penggunaan pada manusia dapat menimbulkan masalah. Salah satunya yaitu berupa alergi pada beberapa penderita.
Pada tahun 1981 telah terjadi perbaikan secara berarti cara produksi insulin melalui rekayasa genetika. Insulin yang diperoleh dengan cara ini mempunyai struktur mirip dengan insulin manusia. Melalui teknologi DNA rekombinan, insulin diproduksi menggunakan sel mikroba yang tidak pathogen. Karena kedua hal tersebut diatas insulin hasil rekayasa genetika ini mempunyai efek samping yang relative sangat rendah dibandingkan insulin yang diperoleh dari ekstrak pankreas hewan, tidak menimbulkan efek alergi serta tidak mengandung kontaminan berbahaya.
Sintesis insulin ini memanfaatkan teknik DNA rekombinan atau dengan istilah yang lebih populer rekayasa genetika, yang dapat melibatkan beberapa tahapa untuk pembentukan kombinasi materi genetik yang baru sehingga mengalami perbanyakan di dalam suatu sel organisme lain yang berperan sebagai sel inang.
Pengobatan untuk penderita diabetes miletus tidak hanya dilakukan dengan pemberian sintesis hormon insulin saja, melainkan harus memperhatikan takaran makan yang tepat, penting untuk menjaga kestabilan glukosa darah penderita diabetes mellitus, salah satu caranya yaitu dengan menerapkan metode Carbohydrate counting yang dapat membatu dalam pengobatan bagi penderita diabetes miletus agar memperoleh jumlah asupan makan optimal sesuai kebutuhan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah hormon insulin ?
2.      Bagaimana pembuatan insulin dengan DNA rekombinan ?
3.      Bagaimana terapi insulin pada penderita diabetes meletus ?
4.      Apakah metode carbing ?
C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui hormon insulin.
2.      Mengetahui proses pembuatan insulin dengan DNA rekombinan.
3.      Mengetahui terapi insulin pada penderita diabetes meletus.
4.      Mengetahui metode carbing.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hormon Insulin
1.      Hormon Insulin







Insulin dalam Pankreas
Sumber : Piste dan Chavan.2013.Effect of Insulin –Disease and Syndrome.international journal of research in pharamaceutical and biomedical sciences.Issn:2229-3701.Hal:196.

Sedikit mengenai sejarah penemuan hormon insulin menurut Aguskrisno (2012) bahwa insulin pertama kali di ekstraksi dari jaringan pankreas anjing pada tahun 1921 oleh para ahli fisiologi asal kanada Federick Glant Banting dan Charles Hebert Best serta ahli fisiologi asal Inggris John James Richard Macleod. Seorang ahli boikimia James Betram Collip kemudian memproduksi dengan tingkat kemurnian yang cukup baik untuk digunakan sebagai obat pada manusia. Kemudian dilanjutkan pada tahun 1965 insulin manusia telah berhasil disintesis secara kimia. Insulin merupakan protein manusia pertama yang disintesis secara kimia. Secara tradisional, insulin untuk pengobatan pada manusia diisolasi dari pankreas sapi atau babi.
Secara umum insulin hewan cukup memuaskan tetapi menurut Aguskrisno (2012) bahwa untuk penggunaan pada manusia dapat menimbulkan dua masalah. Pertama, adanya perbedaan kecil dalam asam amino penyusunnya yang dapat menimbulkan efek samping berupa alergi pada beberapa penderita. Kedua, prosedur pemurnian sulit dan cemaran berbahaya asal hewan tidak selalu dapat dihilangkan secara sempurna. Pada tahun 1981 telah terjadi perbaikan secara berarti cara produksi insulin melalui rekayasa genetika. Insulin yang diperoleh dengan cara ini mempunyai struktur mirip dengan insulin manusia.
Melalui teknologi DNA rekombinan, insulin diproduksi menggunakan sel mikroba yang tidak patogen. Karena kedua hal tersebut di atas, insulin hasil rekayasa genetika ini mempunyai efek samping yang relatif sangat rendah dibandingkan dengan insulin yang diperoleh dari ekstrak pankreas hewan, tidak menimbulkan efek alergi serta tidak mengandung kontaminan berbahaya.
2.      Struktur Insulin







Struktur Insulin
Sumber : Piste dan Chavan.2013.Effect of Insulin –Disease and Syndrome.international journal of research in pharamaceutical and biomedical sciences.Issn:2229-3701.Hal:197.

Struktur primer insulin sapi pertama kali ditentukan oleh Frederick Sanger di 19514. Setelah itu, polipeptida ini disintesis secara independen oleh beberapa insulin groups5-7. Human adalah hormon peptida yang terdiri dari 51 asam amino dan memiliki berat molekul 5808 Da. Ini adalah dimer dari A-rantai dan B-rantai, yang dihubungkan oleh ikatan disulfida. Nama berasal dari Latininsula untuk "pulau". Struktur Insulin bervariasi antara spesies hewan. Insulin babi sangat dekat dengan versi manusia. Sebuah unit monomer disorot dengan rantai A biru dan rantai B di cyan. Kuning menunjukkan ikatan disulfida, dan lingkungan magenta adalah ion seng
Secara kimia, insulin adalah protein kecil sederhana yang terdiri dari 51 asam amino, 30 di antaranya merupakan satu rantai polipeptida, dan 21 lainnya yang membentuk rantai kedua. Kedua rantai dihubungkan oleh ikatan disulfida.  Kode genetik untuk insulin ditemukan dalam DNA di bagian atas lengan pendek dari kromosom kesebelas yang berisi 153 basa nitrogen (63 dalam rantai A dan 90 dalam rantai B).
Insulin manusia dan insulin babi hanya beda 1 asam amino yaitu pada B30, sedangkan insulin manusia dan insulin sapi beda 3 asam amino yaitu pada A8, A10, dan B30 sehingga pemakaian insulin babi kurang imunogenik dibandingkan insulin sapi. Tapi masalahnya, 1 babi yang diekstraksi insulinnya hanya cukup untuk 1 orang selama 3 hari padahal saat ini ada ± 60 juta orang di dunia yang menderita diabetes tergantung insulin dan diduga meningkat 5-6 % per tahunnya. Maka dari itu sekarang banyak dikembangkan teknologi rekombinan untuk mendapatkan insulin.
Tabel 1 Perbedaan Insulin Manusia, Babi Dan Sapi
Spesies
A8
A10
B28
B29
B30
Manusia
Thr
Ile
Pro
Lys
Thr
Babi
Thr
Ile
Pro
Lys
Ala
Sapi
Ala
Val
Pro
Lys
Ala







Sumber.http://rekgen.blogspot.com/2012/28/11/

B.     Sintesis Insulin
Sebelum menjelaskan bagaimana sintesis insulin dengan DNA rekombinan, alangkah baiknya jika mengetahui terlebih dahulu mengenai sisntesis insulin didalam tubuh manusia.
1.      Sintesis Dalam tubuh Manusia
Adapaun sintesis insulin dalam tubuh manusia menurut Piste dan chavan (2013:197) dalam “Effect of Insulin –Disease and Syndrome”, bahwa pada awalnya insulin disintesis sebagai preproinsulin di pankreas b- sel. Sekitar 5-10 menit. setelah perakitan di retikulum endoplasma, preproinsulin diolah menjadi proinsulin sebelum nya transportasi ke jaringan trans-Golgi (TGN) di mana butiran dewasa terbentuk. Transportasi ke TGN mungkin memakan waktu sekitar 30 menit. Proinsulin, yang terdiri dari A dan rantai B dihubungkan oleh ikatan disulfida dan oleh sebuah jembatan C-peptida, mengalami pematangan menjadi insulin aktif melalui aksi endopeptidases. Endopeptidases membelah off C peptida dari insulin dengan memecah ikatan antara lisin dan arginin 64 65, dan antara arginin 31 dan 32 insulin dewasa dikemas dalam butiran matang menunggu sinyal metabolik. produksi insulin diatur dalam beberapa langkah di sepanjang jalur sintesis yaitu melalui transkripsi dari gen insulin, dalam stabilitas mRNA, pada terjemahan mRNA dan dalam modifikasi posttranslational.
Insulin diproduksi dan disimpan dalam tubuh sebagai heksamer (unit enam molekul insulin), sedangkan bentuk aktif adalah monomer. Heksamer adalah bentuk tidak aktif dengan stabilitas jangka panjang, yang berfungsi sebagai cara untuk menjaga insulin sangat reaktif dilindungi, namun tersedia.

2.      Sintesis Insulin Melalui DNA Rekombinan.
Teknologi yang dikenal sebagai teknologi DNA rekombinan, atau dengan istilah yang lebih populer rekayasa genetika, ini melibatkan upaya perbanyakan gen tertentu di dalam suatu sel yang bukan sel alaminya sehingga sering pula dikatakan sebagai kloning gen. Banyak definisi telah diberikan untuk mendeskripsikan pengertian teknologi DNA rekombinan. Menurut Pawitryadi (2011) menyebutkan bahwa teknologi DNA rekombinan adalah pembentukan kombinasi materi genetik yang baru dengan cara penyisipan molekul DNA ke dalam suatu vektor sehingga memungkinkannya untuk terintegrasi dan mengalami perbanyakan di dalam suatu sel organisme lain yang berperan sebagai sel inang.
Menurut Pawitryadi (2011), Proses pembuatan insulin dengan teknik DNA recombinan dilakukan dengan beberapa tahap atau proses. Tahap pertama yaitu mengidentifikasi dan mengisolasi gen penghasil insulin dari sel pankreas manusia, dengan proses mula-mula mRNA yang telah disalin dari gen penghasil insulin diekstrak dari sel pankreas. Kemudian enzim transkriptase ditambahkan pada mRNA bersamaan dengan nukleotida penyusun DNA. Enzim ini menggunakan mRNA sebagai cetekan untuk membentuk DNA berantai tunggal. DNA ini kemudian dilepaskan dari mRNA. Enzim DNA polymirase digunakan untuk melengkapi DNA rantai tunggal menjadi ranati ganda, disebut DNA komplementer (c- DNA), yang merupakan gen penghasil insulin. Tahap kedua yaitu, melepaskan salinan gen penghasil insulin tersebut dengan cara memotong kromosom secara khusus menggunakan enzim retrikasii.
Tahap ketiga, yaitu dengan mengekstrak plasmid dari sel bakteri, kemudian membuka plasmid dari sel bakteri dengan menngunakan enzim retrikasi lain. Sementara itu, di dalam serangkain tabung reaksi atau cawan petri, gen penghasil insulin manusia (dalam bentuk c- DNA disiapkan untuk dipasangkan pada plasmid yang terbuka tersebut. Kemudian tahap keempat, yaitu dengan memasang gen penghasil insulin kedalam cincin plasmid. Mula-mula ikatan yang terjadi masih lemah, kemudian enzim DNA ligase memperkuat ikatan ini sehingga dihasilkan molekul DNA recombinan/plasmid recombinan yang bagus.
Tahap terakhir yaitu dengan memasukkan plasmid recombinan kedalam bakteri E.coli. Di dalam sel bakteri ini plasmid mengadakan replikasi. Dan selanjutnya mengultur bakteri E.coli yang akan berkembang biak dengan cepat menghasilkkan klon- klon bakteri yang mengandung plasmid recombinan penghasil insulin. Melalui rekayasa genetika dapat dihasilkan E.coli yang merupakan penghasil insulin dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang singkat. Adapun Gambaran sintesis Insulin kurang lebih seperti gambar dibawah ini.



















Proses sintesis Insulin

Escherrichia coli (E. coli), penghuni saluran pencernaan manusia, adalah ‘pabrik’ yang digunakan dalam rekayasa genetika insulin. Ketika bakteri bereproduksi, gen insulin direplikasi bersama dengan plasmid. E. coli seketika memproduksi enzim yang dengan cepat mendegradasi protein asing seperti insulin. Hal tersebut dapat dicegah dengan cara menggunakan E. coli strain mutan yang sedikit mengandung enzim ini. Pada E. coli, B- galaktosidase adalah enzim yang mengontrol transkripsi gen. Untuk membuat bakteri memproduksi insulin, gen insulin perlu terikat pada enzim ini.




















Enzim restriksi secara alami diproduksi oleh bakteri. Enzim restriksi bertindak seperti pisau bedah biologi, hanya mengenali rangkaian nukleotida tertentu, misal salah satunya rangkaian kode untuk insulin. Hal tersebut memungkinkan peneliti untuk memutuskan pasangan basa nitrogen tertentu dan menghapus bagian DNA yang berisi kode genetik dari kromosom sebuah organisme sehingga dapat memproduksi insulin. Sedangkan DNA ligase adalah suatu enzim yang berfungsi sebagai perekat genetik dan pengelas ujung nukleotida.

C.    Diabetes Miletus
Penyakit diabetes mellitus (DM) yang dikenal masyarakat sebagai penyakit gula atau kencing manis, terjadi pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) dalam darah akibat kekurangan insulin atau reseptor insulin tidak berfungsi baik. Diabetes yang timbul akibat kekurangan insulin disebut DM tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Sedang diabetes karena insulin tidak berfungsi dengan baik disebut DM tipe 2 atau Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Insulin adalah hormon yang diproduksi sel beta di pankreas, sebuah kelenjar yang terletak di belakang lambung, yang berfungsi mengatur metabolisme glukosa menjadi energi serta mengubah kelebihan glukosa menjadi glikogen yang disimpan di dalam hati dan otot. Tidak keluarnya insulin dari kelenjar pankreas penderita DM tipe 1 bisa disebabkan oleh reaksi autoimun berupa serangan antibodi terhadap sel beta pankreas.
Penderita DM tipe 2, insulin yang ada tidak bekerja dengan baik karena reseptor insulin pada sel berkurang atau berubah struktur sehingga hanya sedikit glukosa yang berhasil masuk sel. Akibatnya, sel mengalami kekurangan glukosa, di sisi lain glukosa menumpuk dalam darah. Kondisi ini dalam jangka panjang akan merusak pembuluh darah dan menimbulkan berbagai komplikasi. 
Beberapa gejala yang dialami penderita diabetes yaitu banyak minum, banyak kencing, berat badan turun. Pada awalnya, kadang-kadang berat badan penderita diabetes naik. Penyebabnya, kadar gula tinggi dalam tubuh. Maka perlu waspada apabila keinginan minum kita terlalu berlebihan dan juga merasa ingin makan terus. Berat badan yang pada awalnya terus melejit naik lalu tiba-tiba turun terus tanpa diet.

D.    Terapi Insulin
1.      Tujuan
Tujuan utama terapi DM adalah mempertahankan kadar glukosa darah normal atau mendekati normal. Terapi insulin merupakan salah satu cara utama terapi DM. Pada DM tipe 1 (faktor genetik), insulin merupakan satu-satunya obat hipoglikemi yang efektif. Sementara pada diabetes tipe 2 (faktor gaya hidup), selain insulin juga dapat menggunakan obat hipoglikemi oral. Sasaran terapi kendali glukosa darah pada penderita DM untuk semua tipe adalah sama, namun dibedakan dengan tingkat usia, jenis kelamin dan modifikasi gaya hidup, perubahan berat badan.
Pemberian injeksi insulin secara teratur dalam meningkatkan kadar insulin dalam darah penderita dapat meminimumkan komplikasi. Pengobatan ini hanya mungkin dilaksanakan bila insulin tersedia dalam jumlah besar dengan kemurnian dan mutu yang baik. Pemberian insulin kepada penderita diabetes hanya bisa dilakukan dengan cara suntikan, jika diberikan melalui oral insulin akan rusak didalam lambung. Setelah disuntikan, insulin akan diserap kedalam aliran darah dan dibawa keseluruh tubuh. Disini insulin akan bekerja menormalkan kadar gula drah (blood glucose) dan merubah glucose manjadi energi. 
Perlu diperhatikan daerah mana saja yang dapat dijadikan tempat menyuntikan insulin. Bila kadar glukosa darah tinggi, sebaiknya disuntikan di daerah perut dimana penyerapan akan lebih cepat. Namun bila kondisi kadar glukosa pada darah rendah,hindarilah penyuntikan pada perut. Secara urutan, area proses penyerapan paling cepat adalah perut, lengan atas dan paha. Insulin akan lebih cepat diserap apabila daerah suntikan digerak- gerakan.
2.      Pemberian Insulin
Adapun menurut Piste dan Chavan (2013:199) dalam jurnal “Effect of Insulin –Disease and Syndrome” berdasarkan kandungan tingkat glukosa darah dalam tubuh penderita diabetes miletus dapat menjadi dasar pemberia insulin, meliputi :
a.       Hipoglekimia
Tingkat glukosa darah yang rendah dikenal sebagai hipoglikemia atau, dalam kasus memproduksi ketidaksadaran, "koma hipoglikemik. Penyebab endogen kelebihan insulin (seperti insulinoma) yang sangat langka, dan mayoritas kelebihan insulin-induced kasus hipoglikemia adalah iatrogenik dan biasanya tidak disengaja . beberapa kasus pembunuhan, percobaan pembunuhan, atau bunuh diri menggunakan overdosis insulin telah dilaporkan, tetapi sebagian besar guncangan insulin tampaknya karena kesalahan dalam dosis insulin (misalnya, 20 unit bukannya 2) atau faktor tak terduga lainnya. Kemungkinan penyebab hipoglikemia termasuk : a) insulin eksternal (biasanya disuntikkan subkutan). b) obat hipoglikemik oral (misalnya, salah satu sulfonilurea, atau obat-obatan serupa, yang meningkatkan pelepasan insulin dari sel β dalam menanggapi tingkat glukosa darah tertentu).
b.      Hiperglekimia
adalah masalah kesehatan yang serius bagi penderita diabetes. Hiperglikemia juga dapat menyebabkan ketoasidosis atau sindrom hiperosmolar hiperglikemik nonketotic (HHNS). Ada berbagai penyebab hiperglikemia pada penderita diabetes. Gejala termasuk rasa haus meningkat, sakit kepala, penglihatan kabur, sering buang air kecil dan banyak lagi. Pengobatan dapat dicapai melalui perubahan gaya hidup atau perubahan obat. Hati-hati memantau kadar glukosa darah adalah kunci untuk pencegahan.
3.      Jenis Insulin
Ada banyak jenis insulin yang digunakan untuk mengobati diabetes. Mereka diklasifikasikan oleh seberapa cepat mereka mulai bekerja, ketika mereka mencapai mereka "puncak" tingkat tindakan (artinya ketika konsentrasi insulin dalam darah Anda tinggi), dan berapa lama efek terakhir mereka. Jenis-jenis insulin meliputi:  a) insulin cepat-acting mulai bekerja dalam beberapa menit dan berlangsung selama beberapa jam. b) insulin regular atau short-acting memakan waktu sekitar 30 menit untuk bekerja dan berlangsung selama 3 sampai 6 jam. c) insulin Menengah-akting membutuhkan waktu 2 sampai 4 jam untuk bekerja, dan efeknya dapat bertahan hingga 18 jam. d) long-acting insulin membutuhkan 6 sampai 10 jam untuk mencapai aliran darah, tetapi dapat tetap bekerja selama satu hari.

4.      Carbohydrate Counting
Penderita DM dengan terapi insulin sebaiknya mampu menghitung jumlah asupan karbohidrat yang sesuai dengan dosis insulin yang diberikan, atau lebih dikenal dengan Carbohydrate Counting. Menurut Prof. Dr. dr. Sidartawan Soegondo, SpPD-KEMD, FACE, FINASIM, Guru Besar Endokrinologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sekaligus Direktur Institut Diabetes Indonesia (INDIN­A) dalam kutipan Wijaya (2009), bahwa Hitung karbohidrat atau carbohydrate counting merupa­kan cara untuk merencanakan diet pasien diabetes melitus (DM) dengan menjaga kadar gul­a darah sesuai target.  Maka keseimbangan antara karbohidrat yang dimakan dan kadar insulin menentukan seberapa besar pe­ningkatan glukosa darah setelah makan. Dengan demikian, de­nga­n mempertahankan ke­seimban­gan tersebut, kadar gula darah akan tetap terjaga pada rentang target yang diinginkan.
Untuk setiap 10gr karbohidrat yang dikonsumsi dibutuhkan 1,0-1,5 ml insulin atau untuk setiap 7-20 (rerata 15gr) karbohidrat yang dikonsumsi dibutuhkan 1 ml insulin. Usia dan berat badan dapat mempengaruhi kebutuhan insulin untuk karbohidrat yang dikonsumsi.
Adapun menurut Oktriza Melfazen, Harry Soekotjo dan Ali Mustofa (hal 30) aplikasi Carbohydrate Counting untuk acuan kebutuhan gizi penderita DM meliputi perhitungan energi basal, untuk laki-laki  :  66,5+(13,75 x BBI) +  (5 x TB) – (6,78 x umur) dan perempuan :  655 + (9,56 x BBI)+ (1,85x TB) – (4,68 x umur). Kemudian faktor aktifitas meliputi bed rest (10%), sangat ringan (20%), ringan (30%), sedang (40%) dan berat (50%). Selanjutnya Energi total merupakan penjumlahan energi basal dengan faktor aktifitas. Komposisi nutrisi makro meliputi karbohidrat (45 – 65%), lemak  (± 25%), dan protein (± 25%), serta 1 unit insulin sama dengan 1 serving karbohidrat sama dengan 15 gram carbohydrate.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai terapi insulin untuk penderita diabetes miletus dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1.      Insulin adalah hormon utama yang mengendalikan glukosa dari darah ke dalam sebagian besar sel terutama sel otot dan lemak. Insulin dapat membantu pembakaran dan penyerapan glukosa oleh sel badan.
2.      Escherrichia coli (E. coli), yang berada disaluran pencernaan manusia, digunakan dalam rekayasa genetika insulin. Ketika bakteri bereproduksi, gen insulin direplikasi bersama dengan plasmid. E.coli
3.      Terapi insulin pada penderita DM untuk mempertahankan kadar glukosa darah normal atau mendekati normal, khususnya pada DM tipe 1 (faktor genetik), merupakan satu-satunya obat hipoglikemi yang efektif. Sasaran terapi kendali glukosa darah pada penderita DM untuk semua tipe adalah sama, namun dibedakan dengan tingkat usia, jenis kelamin dan modifikasi gaya hidup, perubahan berat badan.
4.      Carbohydrate Counting merupa­kan cara untuk merencanakan diet pasien diabetes melitus (DM) dengan menjaga kadar gul­a darah sesuai target.  Maka keseimbangan antara karbohidrat yang dimakan dan kadar insulin menentukan seberapa besar pe­ningkatan glukosa darah setelah makan.












DAFTAR PUSTAKA

Melfazen, Oktriza, Harry Soekotjo dan Ali Mustofa.2012.Carbohydrate Counting untuk Penderita Diabetes Mellitus dengan Terapi Insulin  Menggunakan Algoritma Koloni Lebah Buatan.Jurnal EECCIS vol.6, No.1.Hal : 30. Diakses tanggal 2 November 2014. Pukul 19.21 WIB

Pawitryadi.2011. Hormon insulin dengan DNA Rekombinan. http: //pawitriyadi87. blogspot. com/2011/11/hormon insulin-DNA rekombinan.html. Diakses tanggal 4 November 2014. Pukul 19.06 WIB

Piste dan Chavan.2013.Effect of Insulin –Disease and Syndrome. international journal of research in pharamaceutical and biomedical sciences. ISSN:2229-3701.Hal : 196-199. Diakses tanggal 2 November 2014. Pukul 20.12 WIB

Wijaya,Yoga.2009. Carbohydrate Counthing. http://yoga.blogspot.com/2009/ carbohydratecounthing.html. Diakses tanggal 2 november 2014. Pukul 18.50 WIB
.
Aguskrisno.2012. Rekayasa Genetika.http://rekgen.blogspot.com/2012/11/28/
rekayasa_genetika.html. Diakses 26 November 2014. Pukul 19.23. WIB




Tidak ada komentar:

Posting Komentar