Jumat, 06 November 2015

PENDIDIKAN BIOLOGI



ii
MAKALAH EVOLUSI

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Evolusi dalam kajian biologi berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organismegen yang diwariskan kepada keturunan suatu makhluk hidup dan menjadi bervariasi dalam suatu populasi. Ketika organisme bereproduksi, keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru. Sifat baru dapat diperoleh dari perubahan gen akibat mutasi ataupun transfer gen antar populasi dan antar spesies. Pada spesies yang bereproduksi secara seksual, kombinasi gen yang baru juga dihasilkan oleh rekombinasi genetika, yang dapat meningkatkan variasi antara organisme. Evolusi terjadi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum atau langka dalam suatu populasi. dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh
Evolusi didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi alam  dan hanyutan  genetik. Seleksi alam merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi  lebih umum dalam  suatu populasi  dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang. Hal ini terjadi karena individu dengan sifat-sifat yang menguntungkan lebih berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih banyak individu pada generasi selanjutnya yang  mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini. Setelah beberapa generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi perubahan kecil sifat yang terjadi secara terus menerus dan acak ini dengan seleksi alam. Sementara itu, hanyutan genetik  merupakan sebuah proses bebas yang menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat suatu populasi. Hanyutan genetik dihasilkan oleh probabilitas apakah suatu sifat akan diwariskan ketika suatu individu bertahan hidup dan bereproduksi.
iii
Walaupun perubahan yang dihasilkan oleh hanyutan dan seleksi alam kecil, perubahan ini akan berakumulasi dan menyebabkan perubahan yang 
 substansial pada organisme. Proses  ini  mencapai  puncaknya dengan menghasilkan spesies yang baru. Dan  sebenarnya, kemiripan antara organisme yang satu dengan  organisme yang lain mensugestikan bahwa semua spesies yang kita kenal berasal dari nenek moyang yang sama melalui proses divergen yang terjadi secara perlahan ini.

B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.      Bagaimana teori evolusi menurut Darwin ?
2.      Bagaimana mekanisme evolusi ?
3.      Bagaimana mekanisme isolasi geografik ?
4.      Bagaimana proses adaptasi radiasi adaftif ?
5.      Bagaimana bunyi hokum Hardy-Weinberg ?
6.      Bagaimana proses evolusi molekuler ?

C.    Tujuan
Tujuan dalam makalah ini yaitu sbb:
1.      Menjelaskan teori evolusi menurut Darwin
2.      Menjelaskan mekanisme evolusi
3.      Menjelaskan terjadinya isolasi geografik
4.      Menjelaskan maksud dari radiasi adaftif
5.      Menjelaskan hokum Hardy-Weinberg
6.      Menjelaskan proses evolusi molekuler


BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN EVOLUSI
Evolusi pada makhluk hidup adalah perubahan yang dialami makhluk hidup secara berangsur-angsur dalam waktu yang lama sehingga terbentuk spesies baru. Kajian yang membahas tentang kejadian makhluk hidup yang bisa beraneka ragam di bumi ini disebut dengan Teori Evolusi.
Para ilmuwan biologi, seperti Charles Darwin (Inggris, 1809–1882) menyatakan bahwa makhluk hidup selalu mengalami perubahan secara berangsur-angsur dalam waktu yang relative lama. Dengan adanya perubahan tersebut, mengakibatkan timbulnya sifat-sifat baru. Sifat baru yang mula-mula merupakan penyimpangan sedikit dari sifat asli, namun karena berlangsung terus-menerus dalam waktu yang lama akhirnya menyebabkan munculnya jenis makhluk hidup baru dengan sifat yang berbeda dari sifat asal makhluk hidup tersebut.
Para ahli biologi telah mengakui bahwa makhluk hidup yang ada sekarang berasal dari makhluk hidup pada masa lalu. Bukti adanya petunjuk kehidupan pada masa lalu yang berbeda terdapat pada tiap-tiap lapisan bumi dengan adanya perubahan yang nyata dari masa ke masa. Lapisan bumi yang paling atas menunjukkan adanya kegiatan pada masa yang paling muda. Makin ke bawah, memberi petunjuk pada masa yang lebih tua. Spesies-spesies yang hidup pada lapisan bumi yang atas, berasal dari kehidupan pada lapisan bumi di bawahnya. Begitu seterusnya, sehingga makhluk hidup yang ada sekarang berasal dari makhluk hidup pada masa lampau yang mengalami beberapa perubahan melalui peristiwa evolusi.

B.     TEORI EVOLUSI DARWIN
Sekitar 50 tahun setelah Lamarck mengajukan teori evolusinya, Charles Darwin, seorang naturalis asal Inggris, mengajukan teorinya yang mengubah pemikiran banyak ahli biologi.
1.      Perjalanan Darwin
Charles Darwin, waktu itu berumur 22 tahun, ikut dalam perjalanan kapal HMS Beagle. Kapal tersebut ditugaskan untuk berlayar ke berbagai tempat dan memetakan pesisir Amerika Selatan. Selama perjalanan ke berbagai tempat, Darwin menemukan berbagai macam fosil hewan-hewan yang punah. Beberapa di antaranya mirip dengan hewan yang masih ada. Berdasarkan pengalamannya, Darwin menemukan banyak variasi dalam bentuk, habitat, dan distribusi geografis hewan dan tumbuhan.
Perjalanan Darwin akhirnya sampai di kepulauan Galapagos. Di tempat ini, variasi antar hewan dan tumbuhan terlihat lebih jelas. Darwin menemukan kura-kura raksasa dan iguana galapagos yang mirip kadal, tetapi berenang di air dan memakan rumput laut. Darwin memperlihatkan bahwa terdapat variasi pada hewan tertentu berdasarkan bentuk tubuh dan fungsinya dari pulau ke pulau. Hal tersebut terlihat jelas pada populasi burung Finch.
Variasi bentuk paruh dan jenis makanan pada burung Finch yang diamati Darwin.

Berdasarkan pengamatannya, Darwin mencatat dua konsep penting, yaitu:
a.       Perbedaan antara populasi yang berkerabat, memperlihatkan adaptasi terhadap lingkungan yang berbeda. Dalam biologi, adaptasi berarti semua ciri makhluk hidup secara genetis yang membuat individu atau spesies tersebut dapat bertahan hidup pada lingkungannya.
b.      Variasi dalam bentuk tubuh dan tingkah laku, terakumulasi dalam kelompok terpisah. Beberapa variasi ini, melalui seleksi alami, menjadi sifat yang teradaptasi.
2.      Teori Darwin
Pada tahun 1859 setelah kembali ke Inggris, Darwin mempublikasikan bukunya yang berjudul The rigin of Species by eans of Natural Selection. Darwin bukanlah satu-satunya yang mengungkapkan seleksi alam. Seorang naturalis Inggris lainnya, Alfred Russell allace, yang mempelajari tumbuhan dan hewan di Brazil dan di Asia Tenggara (Malaysia dan Indonesia) juga memiliki pendapat yang sama.
Seperti halnya Lamarck, Darwin menyatakan bahwa makhluk hidup secara perlahan berevolusi sebagai adaptasi terhadap lingkungannya. Namun, Darwin mengajukan mekanisme yang berbeda sebagai penyebab perubahan dalam spesies.
Berbeda dengan Lamarck, Darwin menyadari adanya variasi dalam populasi spesies. Variasi inilah yang dapat diwariskan, bukannya sifat yang didapat seperti yang diajukan Lamarck. Darwin mengamati bagaimana para petani dan peternak melakukan seleksi terhadap hasil penyilangan untuk mendapatkan tanaman atau hewan dengan sifat unggul. Kemudian, tanaman atau hewan unggul inilah yang akhirnya dikembangkan sehingga didapatkan populasi hewan atau tanaman dengan sifat unggul. Darwin kemudian mengajukan suatu hipotesis bahwa cara seleksi yang sama terjadi di alam. Darwin menamai proses ini dengan seleksi alam (natural selection).
Seleksi alam merupakan hasil dari interaksi antara populasi dan lingkungannya. Darwin menyadari bahwa di alam banyak makhluk hidup yang menghasilkan keturunan lebih banyak daripada yang dapat bertahan hidup. Contohnya, katak menghasilkan ratusan telur. Akan tetapi, hanya sebagian keturunannya saja yang dapat menghasilkan keturunan pada generasi selanjutnya. Banyak kejadian alam seperti predasi dan bencana alam yang menyebabkan sebagian keturunan tidak dapat bertahan  untuk menghasilkan keturunan baru. Darwin menjelaskan proses ini sebagai kompetisi.
Seleksi alam menurut Darwin.
Darwin kemudian mengungkapkan bahwa hanya individu yang sesuai dengan lingkungannya saja yang akan bertahan dan menghasilkan keturunan. Proses ini disebut “survival of the fittest” (individu yang sesuai bertahan hidup).
Teori seleksi alam yang dikemukakan Darwin dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.       Spesies memiliki kemampuan untuk menghasilkan keturunan yang banyak.
b.      Sumber daya alam di bumi terbatas. Oleh karena itu, terjadi kompetisi untuk bertahan hidup di antara keturunan pada setiap generasi.
c.       Terdapat variasi dalam populasi makhluk hidup. Tidak terdapat dua
individu yang sama persis. Variasi ini umumnya dapat diwariskan.
d.      Proses ini berlangsung dari generasi ke generasi. Populasi lambat laun menjadi teradaptasi lebih baik terhadap lingkungannya.
Perlu diperhatikan bahwa variasi dalam populasi terjadi secara acak. Variasi tidak timbul akibat respons terhadap lingkungannya. Seleksi alam “menyeleksi” sifat yang telah ada dalam kolam gen (gen pool). olam gen atau lungkang gen ini merupakan jumlah total seluruh gen dalam populasi pada suatu waktu tertentu.
Pada saat itu, Darwin tidak mengetahui prinsip genetika modern. Kini, para ilmuwan mengetahui bahwa mutasi dapat terjadi pada makhluk hidup. Mutasi sebagai penyebab variasi dapat berguna bagi lingkungan. Jika mutasi yang terjadi berguna, hal tersebut dapat meningkatkan kemungkinan bertahan hidup makhluk tersebut.
3.      Seleksi alam
Darwin menjelaskan bahwa evolusi terjadi melalui seleksi alam. Bagaimana cara seleksi alam menyebabkan evolusi? Kapankah seleksi alam terjadi? Seleksi alam terjadi pada populasi suatu spesies. Mengapa? Hal ini karena di dalam populasi terdapat bahan mentah evolusi, yaitu variasi genotipe dan fenotipe. Terdapat tiga kemungkinan seleksi alam yang berpengaruh terhadap populasi, yaitu seleksi stabilisasi, seleksi terarah, dan seleksi memecah belah. Perhatikan berikut:
Pada gambar tersebut, seleksi alam dicontohkan terjadi pada populasi tikus dengan variasi warna bulu terang hingga gelap. Grafik paling atas memperlihatkan frekuensi populasi normal tikus.
a.       Seleksi stabilisasi
Seleksi ini menguntungkan varian yang paling umum. Pada diatas, seleksi ini menghilangkan tikus dengan warna terang dan gelap. Seleksi ini cenderung mengurangi variasi populasi dan mempersulit terjadinya evolusi dalam populasi. Seleksi ini contohnya terjadi pada berat badan bayi manusia yang baru dilahirkan. Pada bayi, jika berat badan kurang atau lebih dari 3–4 kg, memiliki tingkat mortalitas tinggi.
b.      Seleksi terarah
Pada seleksi ini terjadi tekanan pada salah satu variasi yang tidak umum sehingga menyebabkan pergeseran jumlah populasi. Pada diatas, seleksi ini terjadi pada varian tikus warna terang sehingga rentang populasi bergeser ke varian bulu gelap. Hal ini contohnya terjadi pada serangga yang terkena insektisida. Hanya serangga yang kebal terhadap insektisida saja yang dapat menghasilkan keturunan.
c.       Seleksi memecah belah
Seleksi ini terjadi ketika kondisi lingkungan bervariasi sehingga populasi terpecah berdasarkan kesukaan varian-varian dalam populasi. Pada populasi tikus gambar diatas, hal tersebut dapat terjadi ketika terdapat dua daerah dengan warna tanah berbeda sehingga menguntungkan dua varian tikus (terang dan gelap) dari predasi pemangsa. Meskipun jarang terjadi, seleksi memecah belah sangat penting karena dapat memicu terbentuknya variasi yang sangat berbeda dalam satu spesies hingga terbentuk spesies baru (spesiasi).

C.    MEKANISME EVOLUSI
Proses evolusi dapat terjadi karena variasi genetik dan seleksi alam. Ada-nya variasi genetik akan memunculkan sifat-sifat baru yang akan diturunkan. Variasi genetik ini disebabkan karena adanya mutasi gen. Seleksi alam juga merupakan mekanisme evolusi. Individu-indivu akan beradaptasi dan berjuang untuk mempertahankan hidupnya, sehingga individu akan mengalami perubahan morfologi, fisiologi, dan tingkah laku. Faktor-faktor yang berpengaruh di dalam mekanisme evolusi antara  lain seperti berikut:
1.      Mutasi
Peristiwa mutasi akan mengakibatkan terjadinya perubahan frekuensi gen, sehingga akan mempengaruhi fenotipe dan genotipe. Mutasi dapat bersifat menguntungkan dan merugikan. Sifat menguntungkan maupun merugikan tersebut terjadi jika:
a.       dapat menghasilkan sifat baru yang lebih menguntungkan,
b.      dapat menghasilkan spesies yang adaptif,
c.       memiliki peningkatan daya fertilitas dan viabilitas.
Selain menguntungkan, ada kemungkinan mutasi bersifat merugikan yaitu menghasilkan sifat-sifat yang berkebalikan dengan sifat-sifat di atas. Untuk mengetahui angka laju mutasi, dapat dicontohkan dengan perhitungan seperti berikut:
Jumlah populasi spesies 300.000. Jumlah generasi spesies itu sebesar 6000, sedangkan angka laju mutasi per gen 1 : 100 000. Jumlah gen yang mampu bermutasi dalam individu 1000. Perbandingan mutasi yang menguntungkan dan merugikan 1 : 1000.
Berapakah mutasi gen yang menguntungkan selam spesies itu ada?
Jawab:
a.       Perhitungan jumlah gen yang bermutasi.
=  x 100
=  gen
Sehingga jumlah mutasi gen yang menguntungkan:
=  x  =
b.      Jadi pada setiap generasi mutasi yang bersifat menguntungkan:
=  x 300.000 = 3 gen
c.       Sehingga mutasi gen yang menguntungkan selama spesies itu adaadalah: 6000  x  3000 = 18.000.000
2.      Seleksi alam dan adaptasi
Proses adaptasi akan diikuti dengan proses seleksi. Individu yang memiliki adaptasi yang baik akan dapat mempertahankan hidupnya, memiliki resistensi yang tinggi dan dapat melanjutkan keturunannya. Sedangkan individu yang tidak dapat beradaptasi akan mati selanjutnya akan punah.
3.      Migrasi
Migrasi adalah perpindahan spesies-spesies ke tempat-tempat baru. Perpindahan tersebut menghasilkan pola kehidupan baru yang mendukung terjadinya perubahan pada spesies-spesies tersebut. Pada tempat yang baru generasi-generasi yang muncul akan berbeda dari spesies-spesies nenek moyang asal-usulnya.
4.      Rekombinasi Gen
Rekombinasi gen terjadi melalui perkawinan yang menyebabkan perubahan frekuensi gen pada generasi berikut-nya. Melalui perkawinan silang, akan dihasilkan varietas baru. Varietas baru ini terjadi akibat pembuahan atau penyerbukan dari individu lain sehingga terjadi rekombinasi gen. Rekombinasi gen-gen yang disebabkan oleh perkawinan silang merupakan dasar terjadinya evolusi, karena melalui rekombinasi memungkinkan adanya variasi baru.

D.    SPESIASI
Makhluk hidup selalu mengalami perubahan secara perlahan-lahan dalam jangka waktu yang lama. Perubahan yang terjadi sedikit demi sedikit dapat menghasilkan struktur yang menyimpang dari aslinya, dan akhirnya terbentuk spesies baru. Proses terbentuknya spesies baru disebut spesiasi. Hal-hal yang mempengaruhi terbentuknya spesies baru salah satunya adalah mekanisme isolasi.
Mekanisme  Isolasi merupakan proses pembentukan individu baru dengan batasan-batas tertentu. Faktor-faktor yang menjadi pembatas adalah habitat yang berbeda, iklim yang berbeda, gunung yang tinggi, pematangan sel kelamin yang tidak bersama. Mekanisme isolasi diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu mekanisme yang mencegah Intersection Cross (persilangan) dan mekanisme yang mengurangi keberhasilan intersection cross (persilangan)
1.      Mekanisme Yang Mencegah Intersection Cross (Persilangan)
a.       Isolasi Geografi
Hampir semua para ahli biologi berpendapat bahwa sebagian besar factor yang mencegah persilangan adalah pemisahan secara geografis. Kalau sistem populasi yang semula continue dipisahkan oleh sebab-sebab geografis yang menyebabkan hambatan bagi penyebaran spesies, maka sistem populasi yang terpisah ini tidak mungkin memepertukarkan susunan gen mereka dan sistem evolusi mereka selanjutnya akan terpisah. Di dalam waktu yang cukup lama, kedua sistem populasi yang terpisah itu semakin berbeda sebab masing-masing menjalani evolusi dengan caranya masing-masing. Mula mula, isolasi reproduksi hanyalah faktor geografis isolasi dengan pemisahan secara fisik dan sebenarnya populasi ini masih mempunyai potensi untuk mengadakan interbreeding. Menurut konsep spesies yang baru, mereka masih termasuk dalam satu spesies. Kemudian mereka dapat menjadi begitu berbeda secara genetic sehingga ”gene flow” yang efektif tidak dapat berlangsung lagi seandainya mereka bercampur kembali. Kalau titik pemisahan itu telah tercapai, maka kedua populasi itu telah menjadi dua spesies yang terpisah.
b.      Isolasi Reproduksi
Ethological Isolation atau Isolasi Reproduksi adalah jika kedua jenis kelamin dari dua spesies binatang mungkin terdapat pada lokasi dan waktu yang sama tetapi pola “berpasangannya” berbeda sehingga mencegah perkawinan.  Misal, Drosophila melanogaster dan Drosophila simulans tidak berkawin meskipun dalam lokasi yang sama karena polalaku yang berbeda.Tingkah laku berperan sangat penting dalam hal courtship (percumbuan) dan mating (perkawinan). Contoh adalah bangsa bebek liar Amerika Serikat yang simpatrik dan mempunyai courtship display yang cukup baik dan biasanya disertai dengan corak warna yang mencolok pada bebek jantan. Fungsi dari hal-hal di atas adalah memeperkecil kesempatan bahwa bebek betina memilih pasangan bebek jantan yang salah.
  1. Mekanisme Yang Mengurangi Keberhasilan Intersection Cross (Persilangan)
a.       Gametic Mortality (Kematian Gamet)
Meskipun oleh struktur yang kebetulan memungkinkan bahwa dua spesies binatang atau tumbuh-tumbuhan dapat mengadakan perkawinan, fertilisasi yang sebenarnya mungkin tidak akan terjadi. Contohnya adalah persilangan antara Drosophila virilis dengan Drosophila Americana, sperma dari lalat jantan bila sampai pada alat kelamin betina segera berhenti bergerak karena keadaan yang tidak sesuai pada alat kelamin tersebut. Dengan demikian sperma tidak akan mencapai sel telur. Drosophila yang lain menghasilkan reaksi antara pada saluran betina jika mereka mengadakan perkawinan antar spesies. Reaksi ini menyebabkan alat kelamin betina mengembang dan dengan demikian menghalangi sperma untuk mencapai sel telur dan mati.
b.      Zygot Mortality (Kematian zygot)
Hybrid seringkali sangat lemah dan berbentuk tidak baik sehingga sering mati sebelum mereka dikeluarkan dari induknya. Hal ini berarti bahwa gene flow antara kedua golongan induk tidak terjadi.  Penyebab tidak terbentuknya hibrida antara lain tidak dimungkinkannya adanya pembuahan karena sel sperma tidak dapat mencapai sel telur. Dalam hal ini harus dilakukan pembuahan dengan inseminasi buatan. Peristiwa ini dapat Anda temui pada tanaman tembakau. Kegagalan terbentuknya hibrid juga disebabkan karena embrio yang tidak dapat tumbuh, misalnya pada Rana pipiens.

E.     RADIASI ADAPTIF
Radiasi adaptif adalah penyebaran satu spesies ke suatu lingkungan, kemudian spesies tersebut melakukan adaptasi terhadap lingkungannya yang baru sehingga muncul dua atau beberapa spesies yang baru. Contoh yang dikenal adalah apa yang diamati oleh Darwin di Kepulauan Galapagos. Di Kepulauan Galapagos yang memiliki lingkungan yang beraneka ragam itu dijumpai adanya 14 jenis burung finch.
Sedangkan di Ekuador yang jaraknya 600 mil dari Kepulauan Galapagos, dijumpai satu spesies burung finch. Diduga, burung finch yang terdapat di dalam Ekuador mengadakan migrasi hingga sampai di Kepulauan Galapagos. Di lingkungannya yang baru, burung tersebut berkompetisi, serta menyesyaikan diri dengan makanan yang berbeda-beda. Muncullah 14 spesies burung finch yang hidup saat ini.
Empat dari 14 spesies finch yang ditemukan di Kepulauan Galápagos, dianggap disebapkan oleh radiasi adaptif yang membedakan bentuk paruh mereka sesuai dengan sumber makanannya.
Dalam biologi evolusioner, radiasi adaptif adalah proses dimana organisme berubah secara cepat menjadi beberapa bentuk baru, khususnya saat ada perubahan lingkungan yang membuat adanya sumber baru dan membuka niche ekologi tertentu. Berawal dari moyang yang sama, proses ini menghasilkan spesiasi dan dan adaptasi fenotipe berbagai spesies menunjukkan ciri-ciri morfologi dan fisiologis yang berbeda dari mereka yang dapat memanfaatkan berbagai lingkungan yang berbeda.

F.     HUKUM HARDY-WEINBERG
Evolusi secara genetika dapat diartikan sebagai perubahan frekuensi alel gen dalam populasi. Berdasarkan hal ini, kemungkinan evolusi melalui perubahan alel gen dapat diprediksi. Pada 1908, dua orang peneliti, George H. Hardy dan ilhelm einberg, secara terpisah menyadari bahwa meskipun segregasi dan rekombinasi gen selama reproduksi menyebabkan variasi antarketurunan, hal tersebut tidak akan mengubah frekuensi relative gen. Berdasarkan hal tersebut, mereka merumuskan syarat-syarat kondisi yang menyebabkan frekuensi gen dalam populasi tetap sama. Syarat-syarat tersebut kini dikenal dengan Hukum Hardy- einberg. Menurut hukum ini, frekuensi relatif gen dalam populasi akan tetap sama dari generasi ke generasi, jika:
1.      Populasi berukuran besar;
2.      Tidak terjadi mutasi;
3.      Semua genotipe memiliki peluang yang sama;
4.      Tidak terjadi migrasi pada lungkang gen (gene pool);
5.      Semua perkawinan dalam populasi terjadi secara acak.
Syarat-syarat tersebut dapat juga disebut sebagai syarat evolusi tidak terjadi. Jika syarat ini terpenuhi, evolusi tidak terjadi. Apakah syaratsyarat ini dapat terpenuhi di alam? Hukum Hardy- einberg juga dapat dijadikan dasar untuk menghitung frekuensi genotipe yang berbeda dalam lungkang gen yang stabil. Misalkan, Anda seorang ahli genetika yang mempelajari sifat warna bunga yang dipengaruhi oleh dua alel A dan a, yang mengikuti aturan dominansi sederhana pada satu lokus. Gen A mengatur warna bunga merah dan gen a mengatur warna bunga putih. Setelah melakukan survei di alam, didapatkan fenotipe bunga putih (aa) hanya 4%, adapun sisanya 96% bunga warna merah bergenotipe AA atau Aa. Berapakah frekuensi genotipe AA dan Aa?
Jika frekuensi alel A p dan alel a maka dapat dikatakan bahwa p+ 1, karena semua tempat pada lokus kromosom akan selalu ditempati oleh alel-alelnya. Pada semua persilangan, alel-alel ini hanya akan menghasilkan tiga kemungkinan genotipe, yakni AA, Aa, dan aa.
F2   Genotif : ♀ Aa                                    Aa ♂
             Gamet  : A, a                                      A, a

         
A
A
A
AA
pp      p2
Aa
P
a
Aa
p
Aa
2
Dihasilkan genotipe    AA   pp    p2
2Aa  2p    2p
aa                 2
(p+ )2 p2 + 2p + 2
Berdasarkan diagram Punnett tersebut didapatkan kemungkinan frekuensi genotipe yang dihasilkan,

p2 + 2p +  2 1
Oleh karena jumlah semua genotipe dalam populasi pasti 100%, maka

Persamaan ini dikenal dengan persamaan Hardy- einberg untuk suatu sifat yang dipengaruhi sepasang alel. Jika hanya 4% populasi yang memiliki genotipe aa maka
2          4%
0,04
0,04; maka 0,2
karena p+ 1 maka
p + 1
p + 0,2 1, maka p 0,8
Sehingga untuk mencari frekuensi genotipe AA adalah
AA p2 0,82
0,64
Adapun frekuensi untuk genotipe Aa adalah,
2Aa 2p 2 0,8 0,2
0,32
Berdasarkan Hukum Hardy- einberg, dalam populasi yang sesuai dengan syarat-syarat hukum ini, didapatkan frekuensi genotipe AA sebesar 0,64 dan Aa sebesar 0,32. Oleh karena itu, dalam populasi bunga tersebut terdapat bunga merah homozigot (AA) sebanyak 64%, bunga merah heterozigot (Aa) sebanyak 32%, dan bunga putih homozigot (aa) sebanyak 4%.
G.    PENGERTIAN DAN LINGKUP EVOLUSI MOLEKULER
Evolusi molekuler (molecular evolution) pada dasarnya menjelaskan dinamika daripada perubahan evolusi pada tingkat molekuler, dismping itu untuk mendukung pemahaman tentang proses evolusi dan efek-efek berbagai macam mekanisme molekuler, termasuk di dalamnya adalah evolusi genom, gen-gen, dan produk-produknya. Lebih lanjut dikatakan bahwa studi tentang evolusi molekuler berakar pada dua disiplin ilmu yang berbeda yaitu “genetika populasi “ dan “ biologi molekuler “. Genetika populasi melengkapi tentang dasar teori untuk proses-proses evolusi, sementara biologi molekuler melengkapi tentang data empiric. Jadi untuk memahami evolusi molekuler tersebut sangat diperlukan pengetahuan dasar keduanya yaitu genetika populasi dan biologi molekuler praktis.
Proses Evolusi Molekuler
Evolusi melekuler merupakan merupakan proses evolusi yang terjadi pada skala DNA, RNA, dan protein. Secara garis besar, evolusi molekuler ini membahas mengenai RNA, DNA, analisis filogenik, dan evolusi eukariot. Evolusi molekuler muncul sebagai bidang ilmu pengetahuan pada tahun 1960-an ketika peneliti dari bidang biologi molekuler, biologi evolusi, dan genetika populasi berusaha memahami stuktur dan fungsi asam nukleat dan protein yang baru ditemukan. Genetika populasi menyediakan dasar-dasar teori untuk studi proses-proses evolusi, sementara biologi molekuler menyediakan data empiris. Oleh karena itu, untuk memahami evolusi molekuler diperlukan sejumlah pengetahuan dasar baik dari genetika populasi dan biologi molekuler.
Filogeni molekuler adalah ilmu tentang hubungan evolusi diantara organisme dengan menggunakan data molekuler seperti DNA dan sekuen protein. Tujuan penelitian filogeni adalah merekonstruksi hubungan genetis yang benar diantara keseluruhan sifat biologis, untuk memperkirakan waktu perbedaan antara organisme-organisme (yaitu waktu sejak organisme membagi keturunan yang umum) dan untuk mengurutkan sekuen peristiwa selama lintasan evolusi. Adapun proses evolusi molekuler adalah sebagai berikut:
1.      Proses Terbentuknya Bumi
Bumi adalah planet tempat tinggal seluruh makhluk hidup beserta isinya.Sebagai tempat tinggal makhluk hidup, bumi tersusun atas beberapa lapisan bumi, bahan-bahan material pembentuk bumi, dan seluruh kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.Bentuk permukaan bumi berbeda-beda, mulai dari daratan, lautan, pegunungan, perbukitan, danau, lembah, dan sebagainya. Bumi sebagai salah satu planet yang termasuk dalam sistem tata surya di alam semesta ini tidak diam seperti apa yang kita perkirakan selama ini, melainkan bumi melakukan perputaran pada porosnya (rotasi)  dan bergerak mengelilingi matahari (revolusi) sebagai pusat sistem tata surya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya siang malam dan pasang surut air laut. Oleh karena itu, proses terbentuknya bumi tidak terlepas dari proses terbentuknya tata surya kita. Teori “Big-bang” diperkirakan terjadi sekitar 20 milyar tahun yang lalu. Sekitar 15 milyar tahun kemudian, kumpulan debu dan gas luar angkasa menyatu dan berkondensasi akibat gravitasi, menjadi gumpalan gas raksasa yang kita kenal sebagai matahari. Matahari ini dikelilingi oleh beberapa bentukan yang lebih kecil dengan komposisi yang bervariasi, yang dikenal sebagai planet. Jagad raya sebagian besar tersusun oleh gas dengan berat molekular ringan, yaitu hidrogen dan helium, dimana unsur2 tersebut merupakan penyusun utama suatu bintang. Unsur dengan berat molekul yang lebih berat menyusun hanya sekitar 0,1 persen dari suatu planet. Ketika bumi terbentuk, panas dilepaskan yang disebabkan oleh keruntuhan karena gravitasi (collapse due to gravity) dan adanya elemen radioaktif pada kumpulan debu. Selama ratusan miliar tahun pertama, bumi terlalu panas sehingga air tidak dapat berbentuk cair dan hanya dalam bentuk uap. Setelah suhu bumi menurun, uap tersebut mengalami kondensasi dan membentuk lautan dan danau. Kehidupan diperkirakan berasal dari reaksi kimia yang terjadi pada atmosfer, diikuti dengan reaksi lanjut pada lautan dan danau purba (hidrosphere).
2.      Pembentukan Atmosfer
Pada awalnya bumi ini sebagian besar terdiri atas hydrogen dan helium, namun hydrogen dan helium memiliki massa yang ringan sehingga dengan mudahnya terbuang ke luar angkasa. Ada aktivitas vulkanologi kemudian membentuk atmosfer bumi ke-dua, sebagian besar gas vulkanik tersebut tersediri atas uap air dan sisanya adalah CO2, N, dan SO2, H2S, HCl, B2O3, elemen sulfur, dan sedikit H2, CH4, SO3, NH3 dan HF namun belum terdapat oksigen. Atmosper bumi saat ini, merupakan atmosfer ketiga, yang terdiri atas  Metana, amoniak, dan gas tereduksi yang lain serta komponen dasar misalnya  nitrogen, tiruan orgon, xenon dan lain-lain. Hingga masa tersebut oksigen masih belum ada, sampai akhirnya terdapat organisme fotosintesis pertama yaitu Cyanobacteria, organisme ini menghasilkan oksigen melalui fotosintesis.Organisme ini sudah berkembang kira-kira 25 ribu juta tahun yang lalu. Lama kelamaan dengan semakin banyaknya jumlah organisme fotosintesis yang terbentuk, maka kadar oksigen yang ada di atmosfer meningkat, oksigen yang ada di atmosfer mencapai 1% kira-kira 800 juta tahun yang lalu, dan 10% kira-kira 400 juta tahun yang lalu, saat ini kira-kira 20%.
3.      Teori Biologi: “Asal-Usul Kehidupan” Teori Oparin
Alexander Oparin adalah Ilmuwan Rusia. Didalam bukunya yang berjudul The Origin of Life(Asal Usul Kehidupan). Oparin menyatakan bahwa pada suatu ketika atmosfer bumi kaya akan senyawa uap air, CO2, CH4, NH3, dan Hidrogen. Karena adanya energi radiasi benda-benda angkasa yang amat kaut, seperti sinar Ultraviolet, memungkinkan senyawa-senyawa sederhana tersebut membentuk senyawa organik atau senyawa hidrokarbon yang lebih kompleks. Proses reaksi tersebut berlangsung di lautan.  Senyawa kompleks yang mula-mula terbentuk diperkirakan senyawa seperti Alkohol (H2H5OH), dan senyawa asam amino yang paling sederhana. Selama berjuta-juta tahun, senyawa sederhana tersebut bereaksi membentuk senyawa yang lebih kompleks, Gliserin, Asam organik, Purin dan Pirimidin. Senyawa kompleks tersebut merupakan bahan pembentuk sel. Menurut Oparin senyawa kompleks tersebut sangat berlimpah dilautan maupun di permukaan daratan. Adanya energi yang berlimpah, misalnya sinar Ultraviolet, dalam jangka waktu yang amat panjang memungkinkan lautan menjadi timbunan senyawa organik yang merupakan sop purba atau Sop Primordial. Senyawa kompleks yang tertimbun membentuk sop purba di lautan tersebut selanjutnya berkembang sehingga memiliki kemampuan dan sifat sebagai berikut :
a.       Memiliki sejenis membran yang mampu memisahkan ikatan-ikatan kompleks yang terbentuk dengan molekul-molekul organik yang terdapat disekelilingnya;
b.      Memiliki kemampuan untuk menyerap dan mengeluarkan molekul-molekul dari dan ke sekelilingnya;
c.       Memiliki kemampuan untuk memanfaatkan molekul-molekul yang diserap sesuai dengan pola-pola ikatan didalamnya;
d.      Mempunyai kemampuan untuk memisahkan bagian-bagian dari ikatan-ikatannya.
Kemampuan semacam ini oleh para ahli dianggap sebagai kemampuan untuk berkembang biak yang pertama kali. Senyawa kompleks dengan sifat-sifat tersebut diduga sebagai kehidupan yang pertamakali terbentuk. Jadi senyawa kompleks yang merupakan perkembangan dari sop purba tersebut telah memiliki sifat-sifat hidup seperti nutrisi, ekskresi, mampu mengadakan metabolisme, dan mempunayi kemampuan memperbanyak diri atau reproduksi. Walaupun dengan adanya senyawa-senyawa sederhana serta energi yang berlimpah sehingga dilautan berlimpah senyawa organik yang lebih kompleks, namun Oparin mengalami kesulitan untuk menjelaskan mengenai mekanisme transformasi dari molekul-molekul protein sebagai benda tak hidup kebenda hidup. Oparin menjelaskan Bagaimana senyawa-senyawa organik sop purba tersebut dapat memiliki kemampuan seperti yang tersebut diatas karena, protein sebagai senyawa yang bersifat Zwittwer Ion, dapat membentuk kompleks koloid hidrofil (menyerap air), sehingga molekul protein tersebut dibungkus oleh molekul air. Gumpalan senyawa kompleks tersebut dapat lepas dari cairan dimana dia berada dan membentuk emulsi. Penggabungan struktur emulsi ini akan menghasilkan koloid yang terpiah dari fase cair dan membentuk timbunan gumpalan atau Koaservat.
Timbunan Koaservat yang kaya berbagai kompleks organik tersebut memungkinkan terjadinya pertukaran substansi dengan lingkungannya. Di samping itu secara selektif gumpalan Koaservat tersebut memusatkan senyawa-senyawa lain kedalamnya terutama Kristaloid. Komposisi gumpalan koloid tersebut bergantung kepada komposisi mediumnya. Dengan demikian, perbedaan komposisi medium akan menyebabkan timbulnya variasi pada komposisi sop purba. Variasi komposisi sop purba diberbagai areal akan mengarah kepada terbentuknya komposisi kimia Koaservat yang merupakan penyedia bahan mentah untuk proses biokimia. Tahap selanjutnya substansi didalam Koaservat membentuk enzim. Di sekeliling perbatasan antara Koaservat dengan lingkungannya terjadi penjajaran molekul-molekul Lipida dan protein sehingga terbentuklah selaput sel primitif. Terbentuknya selaput sel primitif ini memungkinkan memberikan stabilitas pada koaservat. Dengan demikian, kerjasama antara molekul-molekul yang telah ada sebelumnya yang dapat mereplikasi diri kedalam koaservat dan pengaturan kembali Koaservat yang terbungkus lipida amat mungkin akan menghasilkan sel primitif. Kemampuan koaservat untuk menyerap zat-zat dari medium memungkinkan bertambah besarnya ukuran koaservat. Kemungkinan selanjutnya memungkinkan terbentuknya organisme Heterotropik yang mampu mereplikasi diri dan mendapatkan bahan makanan dari sop Primordial yang kaya akan zat-zat organik.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan





























DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2015). Evolusi molekuler . [Online]. Tersedia :file:///C:/Users/HP/Documents/MATERIKU/tugas%20kapsel/Evolusi%20Molekuler%20_%20evolusiblog.html (09-05-2015).
Firmansyah, riki. dkk. 2009. Mudah dan aktif belajar biologi. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Futuyma, D.J. 1986. Biology Evolus Edisi dua.Sinauer Associate
Pramono, Shidiq. 2009. Biologi. Jakarta: BSE
Kistinnah, Idun. 2009. Biologi. Jakarta: BSE